Akuilah Allahu Akbar, Hanya Engkaulah Tuhanku
  • Jelajahi

    Copyright © nasihatku - Referensi Hijrah Terbaik
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Akuilah Allahu Akbar, Hanya Engkaulah Tuhanku

    Tim Redaksi
    09 November 2024, 14:31 WIB Last Updated 2024-11-09T07:31:33Z


    Kita wajib tahu dan sadar, bahwa tak ada Tuhan kecuali Allah yang Mahamemberi jalan kehidupan kepada kita. Karena tiupan ruhullah kita hadir di muka bumi untuk mengarungi kehidupan ini. Allah merupakan permulaan sekaligus akhir tempat kita berlabuh. Karena itulah, kita wajib mengucap terima kasih (syukur) kepada-Nya dalam hidup, lalu mengingat-Nya dengan zikir setiap waktu. 


    Di dalam kumandang adzan dari waktu Subuh hingga Isya, seorang muadzin dengan lantang dan keras selalu mengagungkan asma Allah untuk memanggil Anda menunaikan shalat wajib. Lalu, dengan segenap gerak jasad, kita menuju Masjid untuk menyembahAllah, sebagai tempat mengadukan segala keluh-kesah melalui doa. 


    Dengan menyembah-Nya, tidak hanya kalimat kesaksian yang tumbuh dari pengetahuan dan kesadaran yang diucapkan bahwa Allah Tuhan kita yang sejati. Tetapi, mengamalkan pernyataan tak ada sekutu bagi Allah dalam wujud perbuatan. 


    Dengan memenuhi panggilan-Nya, kita sedang belajar ikhlas mengucap takbir setiap hari sambil mengecilkan jasad ini dihadapan-Nya. Takbir Allahu Akbar, ialah keinsafan diri bahwa tak ada yang lebih besar dari kekuasaan Allah yang telah memberi rezeki yang luas. Ingat, bahwa padanan besar adalah kecil. Allah Mahabesar sedangkan kita kecil tak terhingga di hadapan-Nya. Dia yang menciptakan seluruh isi bumi dan langit, sementara kita satu dari ciptaan-Nya. 


    Namun, seringkali kita merasa bahwa segala usaha yang dilakukan bukan dari anugrah Allah. Ketika berucap kalimat kesaksian Laa ilaaha illa Allah (Tiada Tuhan Selain Allah), jiwa kita masih terhalangi oleh banyak nafsu dunia. Jiwa kita, malahan, masih menyisakan kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran berlebihterhadap tidak tercapainya seluruh keinginan hidup. 


    Kita selalu ingin mencapai hal yang tak mungkin kita lakukan, sementara akal dan pikiran menghayalkan sesuatu yang lain, selain Allah. Karena itu, sebagai seorang hamba-Nya yang beriman, mari kita yakini sekaligus rasakan bahwa Allah Mahabesar, tak ada seorang pun yang mampu melawan kebesaran-Nya. 


    Dalam kehidupan sehari-hari, setiapkali melaksanakan ibadah shalat, kita selalu mengucapkan kalimat takbir: Allahu Akbar. Dalam gerakan shalat pun bacaan itu sangat penting kita ucapkan sehingga membaca takbir Allahu Akbar, menjadi awal takbiratulihramuntuk menandai setiap gerakan rakaat shalat. Kalau saja kita hitung jumlah Takbir Allahu Akbardalam shalat wajib lima waktu saja, ternyata diulang sebanyak seratus dua kali. Belum lagi shalat sunah yang kita laksanakan. 


    Sedangkan dalam azan dan iqamat kata Allahu Akbar diulang sebanyak lima puluh kali. Kalau enam kali dalam setiap azan dikalikan lima waktu menjadi tiga puluh kali. Lalu, empat kali dalam setiap iqamat dikali lima waktu menjadi duapuluh kali. Kalau kita totalkan, keseluruhan kata Allahu Akbar, yang ada hubungannya dengan shalat sebanyak seratus lima puluh dua kali.Sungguh besar keangunggan Allah, sehingga setiap hari kita mesti mengucapkan pujian terbaik kepada Allah sebanyak itu. 


    Semestinya, kita yakin benar bahwa tak ada yang melebihi dari pujian di dunia ini terhadap Allah, Sang Pencipta. Betapa besar kekuasaan-Nya dalam menciptakan dunia ini, hingga dalam setiap tempat dan waktu, Dialah pemilik kekuasaan yang agung. Tidak salah pula, Nabi Muhammad Saw. pun mengucapkan takbir itu dalam setiap kali ibadah shalat wajib setiap hari. 


    Secara etimologis, takbir berasal dari kata kabbara-yukabbiru-takbiran, yang berarti mengagungkan Allah dengan membaca bacaan Allahu akbar. Dalam bahasa Arab, kata Akbar ialah bentuk kata elative (memiliki makna lebih). Para ahli linguistik Arab berpendapat bahwa dalam bentuk elative untuk menerangkan sifat Allah, tidak digunakan dengan makna aslinya, yakni Allah lebih besar, namun menggunakan kata Allah Mahabesar. 


    Alasannya, apabila dikatakan Allah lebih besar sebagaimana makna asli dari kata elative, maka akan terjadi pemahaman, bahwa selain Allah ada yang lebih besar. Tentu pernyataan seperti ini bertentangan dengan aqidah Islam yang benar.


    Kalimat Allahu Akbar termasuk di antara bacaan yang sangat sering diucapkan, baik dalam shalat maupun di luar shalat seperti dalam aksi demonstrasi yang telah menurunkan makna kebesaran lafadz Allahu Akbar karena ditunggangi kepentingan politik. 


    Maka, sebaiknya kita tidak hanya berucap kalimat pujian mengagungkan Allah semata, namun juga menghayati makna kebesaran-Nya dalam perilaku keseharian. Keagungan-Nya itu mesti diejawantahkan dalam hidup yang bernilai ibadah tersebab Allah adalah tempat kita kembali.


    Untuk menghayati itu, mari kita sejenak melihat bahwa dalam Islam terkenal sebuah kalimat istirja’ yakni Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Makna dari Innalillahi merupakan penegasan terhadap keesaan kepemilikan, sedangkan makna wa ilaihi raji’un merupakan pengakuan bahwa Allah sajalah yang mematikan dan membangkitkan kita – ini adalah bentuk keimanan pada kebangkitan setelah mati. Karena itu, hanya Allah-lah yang memiliki ketentuan awal dan akhir kehidupan. Dia mengatur seluruh urusan kehidupan kita, sehingga kalimat istirja’ biasanya diucapkan ketika seseorang terkena musibah. 


    Di dalam surah al-Baqarah, ayat 156-157, Allah Swt. berfirman, “Yakni orang-orang yang bila ditimpa musibah mengucapkan, ‘Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali’ (Innalillahi wa inna ilaihi raji’un). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”


    Sesungguhnya musibah merupakan petunjuk lain dan rahmat Allah tersebab Dia menginginkan kita berucap pada-Nya bahwa segala sesuatu berasal sekaligus akan kembali kepada-Nya. Karena semua berasal dari Allah, kita mesti legowo atas apa yang diberikan, baik keberkahan maupun kesusahan. 


    Dengan selalu mengucap kalimat istirja’, kita akan memperoleh kedudukan tinggi dan pahala yang berlimpah dari-Nya. Rasulullah Saw. bersabda,“Setiap kali musibah menimpa seorang muslim dan ia mengucapkan istirja’ dan kemudian melanjutkannya dengan ucapan: ‘Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berikan kepadaku ganti yang lebih baik darinya,pastilah Allah mengabulkannya, yakni memberinya ganti yang lebih baik.” (HR. Muslim). 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Cendekia

    +