Hidup kita selalu dipenuhi kebutuhan – sandang, papan dan pangan – agar kita menjalaninya penuh warna-warni. Karena kita selalu membutuhkan sesuatu dalam hidup inilah, melahirkan upaya, usaha, dan kerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
• Ada petani yang telaten menanam untuk memenuhi kebutuhan pangan kita.
• Ada tukang bangunan yang hadir untuk penuhi kebutuhan kita terhadap papan.
• Ada tukang jahit pakaian yang siap sedia memenuhi kebutuhan kita terhadap sandang.
• Ada dunia kerja yang telah menjadi sumber penghasilan kita sehingga bisa digunakan untuk mendapatkan sandang, papan, dan pangan.
Mengapa Doa disebut Kebutuhan Hidup?
Namun, sadarkah bahwa di balik terpenuhinya seluruh kebutuhan hidup kita, ada Allah yang selalu menyediakannya untuk kita?
Sadarkah juga, bahwa dibalik usaha keras yang kita lakukan itu, ada Allah yang selalu memberikan hasil untuk memenuhi aneka kebutuhan kita?
Sadarkah kita, bahwa Allah selalu memenuhi apa yang kita butuhkan dalam hidup?
Di saat kita menginginkan rumah, meskipun secara logika, gaji kita kecil; dengan izin Allah, rumah itu kita miliki?
Di saat kita lapar menyergap tubuh, Allah mengundang tetangga kita untuk memberikan sedekah makanan ke rumah kita?
Di saat kita putus harapan, hilang optimisme, dan masalah mengerangkeng jiwa; Allah utus seseorang untuk menyelesaikannya?
Kami berharap setiap yang kita butuhkan dalam hidup, akan selalu dipenuhi oleh Allah; bukan hanya oleh usaha yang kita lakukan. Karena banyak kejadian yang mengindikasikan hal itu; seperti halnya ketika kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tinggal, lantas membeli tanah dan banting tulang bekerja siang malam.
Tetapi, kebutuhan kita tidak terpenuhi karena Allah belum menghendaki kita memiliki rumah permanen. Kita pun selalu mengontrak dari tahun ke tahun. Kita pun selalu bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah. Kita pun masih harus membayar cicilan yang setiap bulan seolah mencekik hidup.
Apa yang kita butuhkan pun seolah susah diperoleh, sulit didapat, dan begitu membutuhkan perjuangan yang melelahkan. Kenapa begitu, ya? Kok, bisa setelah kita berusaha dengan keras; namun tak pernah bisa memenuhi kebutuhan hidup?
Ingatlah, jangan-jangan kita tidak pernah mengadukan, meminta, dan menanam harapan kepada Allah untuk memenuhi setiap kebutuhan hidup kita. Karena kita jarang meminta, mengadukan, dan memohon pada-Nya, sehingga Allah marah karena tak pernah dijadikan sebagai sandaran hidup.
Allah berbeda dengan manusia. Kalau manusia bila terus menerus dipinta, dia akan menghindar dan marah. Tetapi, Allah berbeda dengan manusia; bila tak pernah dipinta, Dia akan marah dan terus memerhatikan kita: salah satunya dengan memberikan ujian berupa kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.
Hidup ini hadir sebagai penggugah kesadaran kita tentang Allah yang selalu berada dibalik terpenuhinya kebutuhan manusia. Meskipun Allah selalu kita lupakan ketika terpenuhinya kebutuhan hidup, namun Dia tidak lantas berhenti memenuhi setiap apa yang kita inginkan dan butuhkan.
Dia selalu akan memenuhinya meskipun kita tidak pernah meminta kepada-Nya, meskipun kita tetap mengabaikan-Nya, dan meskipun kita tidak pernah meyakini kebaikan-Nya. Dia akan selalu memberi tanpa kita pinta. Dia akan memenuhi kebutuhan kita meskipun tak pernah memercikkan harapan hanya kepada-Nya.
Hajatmu dipenuhi Allah
Karena Allah yang menciptakan kita, tentunya setiap apa yang kita butuhkan dalam hidup telah disediakan-Nya, apa yang kita harapkan sudah tersedia, dan apa yang menjadi sumber kepuasan kita telah diciptakan oleh-Nya. Kita, tinggal berusaha untuk mewujudkan apa yang kita butuhkan, harapkan, dan inginkan dalam hidup dengan menggerakkan jasad.
“Adukanlah Segala Hajatmu pada Allah”. InsyaAllah dengan demikian, setiap gerak jasad kita akan diberikan pahala yang besar di akhirat nanti, setiap usaha kita berbuah surga, dan setiap kehendak kita diridhai Allah.
Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang mempunyai hajat (kebutuhan) kepada Allah atau kepada salah seorang dari anak Adam, hendaklah ia berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu shalat dua rakaat, kemudian hendaklah ia mengucapkan pujian kepada Allah dan mengucapkan shalawat kepada Nabi Saw., dan kemudian hendaklah berdoa.” (HR Tirmidzi dan Ibn Majah).